Rabu, 02 Juli 2014

ELEMEN-ELEMEN PEMBENTUK KOTA

Dalam penelitiannya terhadap bentuk-bentuk dari kota, Prof. Kevin Lynch menemukan bahwa ada lima elemen pokok atau dasar yang oleh orang-orang digunakan untuk membangun gambaran mental mereka terhadap sebuah kota :

1. Pathways : ini adalah jalur-jalur sirkulasi yang digunakan oleh orang untuk melakukan pergerakan. Sebuah kota mempunyai jaringan jalur utama (major routes) dan sebuah lingkungan, jaringan jalur minor. Sebuah bangunan mempunyai beberapa jalur utama yang digunakan untuk mencapainya dan bergerak darinya. Sebuah jaringan jalan raya kota adalah jaringan pathway untuk seluruh kota. Jalan-jalan setapak pada sebuah kampus adalah pathway untuk kampus tersebut.

2. Districts : sebuah kota terdiri dari lingkungan-lingkungan bagiannya atau district; pusat kota, uptown, midtown, daerah perumahan, daerah industri, suburban, kampus dan sebagainya. Kadang-kadang mereka berbeda dalam bentuk dan besarnya. Kadang-kadang mereka begitu berbaur dalam karakter dan tidak mempunyai batas-batas yang jelas.

3. Edges : pengakhiran dari sebuah district adalah tepiannya (edge). Beberapa district tidak memiliki edge yang jelas, tetapi sedikit demi sedikit berbaur dengan district lainnya. Apabila dua district dihubungkan pada sebuah edge, mereka membentuk sebuah seam.

4. Landmarks : bentuk-bentuk visual yang menyolok dari sebuah kota adalah landmarks. Beberapa landmarks adalah besar dan terlihat dari kejauhan, beberapa kecil dan hanya dapat dilihat dari dekat, seperti jam, kolam air mancur, atau sebuah patung kecil di taman. Landmarks adalah elemen penting dari bentuk kota karena mereka membantu orang-orang untuk mengarahkan diri, dan mengenal suatu daerah dalam kota. Sebuah landmarks yang baik adalah elemen yang berbeda tetapi harmonis dalam latar belakangnya.

5. Nodes : sebuah node adalah pusat aktivitas. Sesungguhnya adalah sebuah type dari landmark tetapi berbeda dari landmark karena fungsinya yang aktif. Dimana sebuah landmark adalah objek visual yang jelas berbeda. Sebuah node adalah pusat aktivitas yang berbeda dan jelas.

PROSES PERLUASAN AREAL KEKOTAAN (URBAN SPRAWL)

Menurut Harvey Clark (1971), ada tiga macam pola perluasan areal kekotaan (urban sprawl) yaitu pola konsentris, pola memanjang dan pola meloncat yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Perembetan Konsentris (Concentric Development)
Jenis perembetan areal perkotaan yang paling lambat. Perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakan fisik kota. Karena sifat perembetannya yang merata di semua bagian luar kenampakan kota yang sudah ada, maka tahap berikutnya akan membentuk suatu kenampakan morfologi kota yang relatif kompak, sedangkan peran transportasi terhadap perembetannya tidak begitu besar . Perembetan ini dapat juga disebut Low Density Continous Development.

Gambar: Concentric Development

2. Perembetan Memanjang (Ribbon Development)
Ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar daripada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota. Daerah di sepanjang rute transportasi utama merupakan tekanan paling berat dari perkembangan kota tersebut. Masalah yang terjadi adalah membumbungnya harga lahan, banyaknya konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian, makin banyak penduduk dengan kegiatan non agraris, makin banyaknya bangunan, buruknya saluran irigasi dan meningkatnya pencemaran . Perembetan ini dapat juga disebut Lineair Development atau Axial Development.

Gambar: Ribbon Development

3. Perembetan Meloncat (Leap Frog Development)
Perkembangan kota yang paling merugikan, tidak efisien dalam arti ekonomi, tidak mempunyai estetika dan tidak menarik. Perkembangan lahan kekotaannya terjadi berpencar secara sparadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian. Keadaan ini sangat menyulitkan pemerintah kota untuk membangun prasarana-prasarana, fasilitas kebutuhan hidup sehari-hari. Tipe ini sangat cepat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan pertanian pada wilayah yang luas sehingga penurunan produktivitas pertanian lebih cepat terjadi . Perembetan ini dapat juga disebut Checkerboard Development.

Gambar: Leap Frog Development

PENGERTIAN STRUKTUR RUANG

A. Definisi Struktur Ruang
Struktur adalah kesatuan jaringan yang lengkap yang terdiri dari elemen-elemen yang saling mempengaruhi. Dengan demikian struktur ruang dapat berarti bagian-bagian ruang yang didalamnya terdiri dari beberapa elemen yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Elemen-elemen yang biasanya berkaitan dengan struktur ruang antara lain berupa jaringan (listrik, gas, air minum, komunikasi, dll), pola penggunaan lahan, transportasi, sistem dan hierarki kota dan daya dukung lingkungan. Contoh yang menunjukkan bahwa tiap elemen saling berkaitan dan mempengaruhi adalah jumlah fasilitas seperti perdagangan, perkantoran dan industri dapat mempengaruhi hierarki kota. Dengan adanya fasilitas, maka memerlukan jaringan listrik dan air, dan dengan adanya fasilitas juga mempengaruhi fisik lingkungan sekitarnya, serta berbagai macam pola penggunaan lahan dipengaruhi oleh aktivitas disekitarnya.

B. Teori Mengenai Struktur Ruang
Terdapat beberapa teori yang timbul sebagai usaha untuk mengetahi karakteristik yang dimiliki oleh wilayah perkotaan yang selalu mengalami perkembangan, teori ini akan menjelaskan beberapa unsur yang mempengaruhi perubahan wilayah perkotaan tersebut.

1. Teori Konsentrik (Consentric Theory)
Perkembangan kota yang sedemikian rupa dan menunjukkan suatu pola penggunaan lahan yang konsentris di mana masing-masing jenis penggunaan lahan ini dianalogikan sebagai konsep “Natural Areas”. Teori konsentrik atau teori jalur sepusat ini dikemukan oleh E. W. Burgess (1925), yang menyatakan bahwa suatu kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing “zone” ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda .


Gambar: Model Struktur Ruang Konsentrik

Keterangan:
 No. 1: Daerah pusat kegiatan (Central Business District atau CBD) yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan toko pusat perbelanjaan.
 No. 2: Zona peralihan (Transition Zone) yang terdiri atas rumah-rumah sewaan, kawasan industri dan perumahan buruh.
 No. 3: Zona perumahan para pekerja (Zone of Working Men’s Homes) yang terletak jalur wisma buruh, yakni kawasan perumahan untuk tenaga kerja pabrik.
 No. 4: Zona permukiman yang lebih baik (Zone of Better Residences) yang terdapat jalur madyawisma, yakni kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja halus dan kaum madya (Middle Class).
 No. 5: Zona para penglaju (Zone of Commuters) yang sepanjang jalan besar terdapat masyarakat golongan madya/menengah, golongan atas/sub urban.

2. Teori Sektoral (Sectoral Theory)
Secara konsepsual, model teori sektor yang dikembangkan oleh Homer Hoyt ini dalam beberapa hal masih menunjukkan persebaran zona-zona konsentrisnya. Jelas sekali terlihat disini bahwa jalur transportasi yang menjari (menghubungkan pusat kota ke bagian-bagian yang lebih jauh) diberi peranan yang besar dalam pembentukan pola struktur internal kota .


Gambar: Model Struktur Ruang Sektoral

Keterangan:
 No. 1: Daerah pusat kegiatan (Central Business District atau CBD)
 No. 2: Pusat pelayanan (Civic Center) atau Zone of wholesale light manufacturing
 No. 3: Zona permukiman kelas rendah
 No. 4: Zona permukiman kelas menengah
 No. 5: Zona permukiman kelas tinggi

3. Teori Lipat Ganda (Multiple Nuclai Theory)
Teori ini menunjukan bahwa kota-kota besar akan mempunyai struktur yang terbentuk atas sel-sel (cellular structure) di mana penggunaan lahan yang berbeda-beda akan berkembang di sekitar titik-titik pertumbuhan (growing points) atau “nuclei” di dalam daerah perkotaan . Teori ini dikemukakan oleh R. D. McKenzie yang menerangkan bahwa kota meliputi; pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian dan pusat lainnya . Umumnya teori ini berlaku untuk kota-kota yang akan besar, baik dari sistem sosial ekonomi yang kuat ataupun karena ada faktor-faktor lain yang menunjang pesatnya perkembangan dan pertumbuhan kota.


Gambar: Model Struktur Ruang Lipat Ganda

Keterangan:
 No. 1: Daerah pusat kegiatan (Central Business District atau CBD)
 No. 2: Kawasan niaga dan industri ringan (Whole-sale lightmanufacturing)
 No. 3: Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah (Low-class residential)
 No. 4: Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah (Medium class residential)
 No. 5: Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi (High class residential)
 No. 6: Pusat industri berat (Heavy manufacturing)
 No. 7: Pusat niaga atau perbelanjaan lain di pinggiaran (Outlying business district atau OBD)
 No. 8: Sub urban untuk kawasan madyawisma dan adiwisma (Residential sub-urban)
 No. 9: Sub urban kawasan industri (Industrial sub-urban)

4. Teori Guttenberg (1977)
Dalam teori ini dikemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan struktur kota adalah aksesibilitas, yang tercipta karena pola persebaran dari fasilitas dan dukungan dari transportasi. Terdapat 2 (dua) bentuk guna tanah pada awalnya yaitu bentuk penyebaran fasilitas yang tidak didukung oleh transportasi dan bentuk persebaran yang didukung oleh transportasi. Penempatan fasilitas pada lokasi tertentu akan menjadikan lokasinya cenderung berada pada pusat permukiman penduduk. Tetapi tingkat pengumpulan dan penyebaran fasilitas dibatasi oleh karakteristik ruang (sumber daya alam) dan karakteristik radius pelayanan fasilitas itu sendiri, serta mobilitas manusia yang berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin dan tingkat pendapatannya, maka peranan transportasi menjadi sangat penting. Distribusi fasilitas ini akan membentuk suatu hirarki sehingga dapat terbentuk suatu struktur ruang kota , yang tergantung pada hirarki fasilitas dan hirarki jalan (highways). Tingkatan struktur ruang kota ini jika dilihat dari hirarki jalannya terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu arteri primer, arteri sekunder dan jalan lokal .


Gambar: Model Struktur Ruang Menurut Guttenberg

5. Teori Tempat Sentral Walter Christaller (1933)
Dengan teori ini dikenal proses perkembangan kota menurut perkembangan pusat pemasaran atau pusat pelayanan dengan adanya hirarki perkotaan yaitu:
a. Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh wilayah dengan jarak 2 (dua) jam berjalan kaki, atau 2 x 3,5 km = 7 km, jadi pusat pelayanan akan terletak di pusat kawasan tersebut atau di pusat wilayah.
b. Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan akan mempunyai bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang senjang/kosong.
c. Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola heksagon.


Gambar: Model Struktur Ruang Menurut Christaller

TEORI KOTA (SLIDE)

LINGKUP PLANOLOGI-PERKEMBANGAN KOTA (SLIDE)